Senin, 25 April 2011

AFIKSASI BAHASA INDONESIA

AFIKSASI BAHASA INDONESIA


1.  Pengertian Afiksasi
Afiksasi ialah proses pembentukan kata-kata melalui pembubuhan atau penempelan
afiks pada dasar/morfem dasar/bentuk dasar.

2.  Pengertian Afiks
a.  Satuan gramatik yang memiliki kemampuan melekat pada morfem dasar dalam
pembentukan kata.
b.  Satuan gramatik yang tidak mengandung makna leksikal; hanya mengandung
makna gramatikal.
c.  Satuan gramatik yang bila dilekatkan atau ditempelkan kepada sebuah (bentuk)
dasar, dapat mengubah maknanya.

3.   Jenis Afiks menurut Posisinya
a.  Prefiks: afiks yang memiliki kemampuan melekat di depan bentuk dasar.
b.  Infiks: afiks yang memiliki kemampuan melekat di bagian tengah bentuk dasar.
c.  Sufiks: afiks yang memiliki kemampuan melekat di belakang bentuk dasar.
d.  Konfiks: dua buah afiks  yang memiliki kemampuan melekat secara serempak di
depan dan di belakang (mengapit) bentuk dasar.

Prefiks  Infiks  Sufiks  Konfiks  Keterangan
meN-
ber-
di-
ter-
peN
pe
se-
per-
pra-
ke-
a-
maha-
para-
-el-
-er-
-em-
-kan
-an
-i
-nya
-wan
-wati
-is
-man
-da/nda
-wi/-i
peN – an
pe – an
per – an
ber – an
ke – an
se – nya


1)  Pembagian ini adalah menurut M.
Ramlan dalam bukunya
Morfologi: Suatu Tinjauan
Deskriptif.
2)  Harimurti K. menggolongkan pra-,
maha-, dan para- sebagai
proleksem.

Berdasakan penggolongan afiks  seperti itu, afiksasi Bahasa Indonesia dibedakan atas
prefiksasi, infiksasi, sufiksasi, dan konfiksasi.

   2
4.  Jenis Afiks menurut Asal-usulnya
a.  Afiks asli; afiks-afiks yang berasal dari  Bahasa Indonesia  sendiri, seperti  meN-,
ber-, di-, ke-, peN, pe-, per-, se-, ter-, -el-, -er-, -em-, -kan, -an, -i, -nya, peN-an, pe-
an, per-an, ber-an, ke-an, dan se-nya.
b.  Afiks pungut: afiks-afiks yang berasal dari bahasa asing, seperti  pra-  pada
prasejarah, a- pada asusila, -wan/-wati/-man pada hartawan, wartawati, budiman,  -
is pada nasionalis, -wi pada manusiawi, -i pada insane, -iah pada unsuriah, -is pada
nasionalis, -if pada sportif, -al pada musical, -or pada actor, -ik pada patriotik, dll.
Afiks-afiks yang tersebut pada butir b belum semuanya mewarga dalam  Bahasa
Indonesia  karena daya lekatnya ada yang masih terbatas pada kata-kata bahasa
asalnya, belum dapat diterapkan atau dilekatkan pada kata-kata asli  Bahasa
Indonesia.

5.  Jenis Afiks menurut Produktivitasnya
a.  Afiks yang produktif, ialah afiks yang memilki kesanggupan yang besar untuk
melekat pada kata-kata atau morfem-morfem lain, sebagaimana tampak dalam
distribusinya.
b.  Afiks improduktif ialah afiks yang distribusinya terbatas pada kata-kata atau
morfem-morfem tertentu saja, tidak dapat digunakan lagi untuk membentuk kata-
kata baru.
Afiks yang tergolong produktif ialah meN-, ber-, ter-, peN, pe-, per-, maha-, dan para-;
-kan, -an, -i, dan -wan; dan ke-an, peN-an, per-an, ber-an, dan se-nya.
Afiks yang tergolong tidak produktif (improduktif) ialah ke-, a-, pra-, -el-, -er-, -em-, -
man, -wati, -is, -da,/-nda, dan –wi, serta pe-an.


Klik Di Sini untuk Mendownload Contoh-contoh Ditribusi afiks

Puisi-Lirik Yang Tersimpan

Lirik Yang Tersimpan

Kita yang biasa bersama
Kini hanya tinggal cerita
Kita yang biasa bersama
Kini hanya sisakan luka


Kau pergi


Kurelakan kau pergi tinggalkan aku
Relakan kau pergi hempaskan, kau hancurkan harap ini


Tak akan pernah aku sesali
Namun kucoba tuk mengerti
Tak akan pernah aku sesali
Namun kucoba tuk pahami

PUISI-PESONA PAGI

Pesona Pagi

Pagi ini kususuri jalanan sepi saat kaki belum berbayang
Kurasakan kesejukan alam menyentuh jiwa  
Membuat hatiku sejuk tak terkira
Membuat langkahku kian jauh semakin tak berbayang


Kupandangi hamparan rerumputan yang mengigil terselubung embun, menyejukkan!
Kupandangi pesona langit yang memukau, menakjubkan!
Samar-samar namun indah memesona
Tanda-tanda kuasaNya begitu jelas terhampar


Pagi ini kususuri jalanan sepi saat pintu-pintu masih terkunci
Pagi ini kususuri jalanan sepi diiringi panggilan suci
Semoga ini menjadi awal yang berarti       

Novel Endensor karya Andrea Hirata


Edensor

Resensi

“Semuanya telah kami rasakan, dalam kemenangan manis yang gilang gemilang dan kekalahan getir yang paling memalukan, tapi selangkah pun kami tak mundur, tak pernah. Kami jatuh, bangkit, jatuh lagi, dan bangkit lagi” (hal 280).
Ketika negeri ini tengah dilanda berbagai persoalan kebangsaan yang pelik, hadirlah sebuah novel yang menggugah, yaitu Edensor, sebuah novel petualangan yang mengajarkan semangat hidup. Edensor merupakan novel ketiga dari tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Edensor dalam penulisannya dibagi dalam lima mozaik, di mana setiap mozaiknya memuat cerita yang berbeda-beda. Namun secara umum Edensor banyak bercerita tentang masa-masa SMA Ikal dan Arai, aktivitas setelah mereka lulus dari SMA, aktivitas saat mereka kuliah di Prancis, dan pengalaman petualangan mereka menaklukkan benua Eropa dan sebagian Afrika.
Ikal dan Arai adalah dua saudara tidak sekandung. Arai diasuh oleh keluarga Ikal karena ibu bapaknya meninggal. Keduanya menjadi saudara yang kompak, konyol, dan nakal, namun cerdas. Keduanya selalu bersama baik ketika masih SMA maupun setelah mereka bekerja di Jakarta. Saat kuliah keduanya berpisah. Ikal di Jakarta dan Arai di Kalimantan. Keduanya bertemu kembali ketika tes beasiswa di Jakarta dan akhirnya bersama-sama berangkat kuliah di luar negeri.
Mozaik pertama bercerita tentang awal kelahiran Ikal. Konon saat melahirkan Ikal, sang ibu sengaja mengulur-ulur waktu walaupun sakit sudah dirasakan. Bahkan ibunya sampai membentak dukun beranak Mak Birah: “Coba kau tengok baik-baik jam weker itu, Rah! Tunggu sampai jarum panjangnya lewat angka dua belas! Aku ingin anak ini lahir tanggal 24 Oktober! Tidakkah kau dengar maklumat di radio?! 24 Oktober adalah hari berdirinya perserikatan bangsa-bangsa, PBB! Hari yang penting. Aku ingin anak ini jadi juru pendamai seperti PBB!” (hal 16).
Mozaik kedua berisi tentang keberangkatan Ikal dan Arai ke Prancis dan kerepotan mereka mencari asrama mahasiswa serta kekonyolan mereka “mengerjai” petugas penghubung antara mahasiswa dari seluruh dunia yang belajar di Prancis dengan Universitas Sorbonne. Petugas itu disuruh mengucapkan namanya sendiri berulang-ulang. Tujuannya hanya satu, yaitu agar Ikal dan Arai dapat mendengar sengau orang Prancis. Maurent Le Blanch menjadi Morong LeBlang (hal 80-84). Ternyata sengau dapat menjadi identitas seseorang.
Mozaik ketiga berkisah tentang aktivitas kuliah dan kehidupan Ikal dan Arai di Prancis, tentang pergulatan Ikal dengan teori-teori ekonomi, dan tentang “teman dalam cinta” Ikal bersama Katya. “Kami menikmati daya tarik turning a friend into a lover, mengubah teman menjadi kekasih, ternyata proses itu menyenangkan” (hal 127).
Mozaik keempat bercerita tentang petualangan Ikal dan Arai dalam menaklukkan benua Eropa-Afrika. Petualangan mereka diawali dengan cerita Ikal dan Arai yang terdampar di sebuah desa Rusia. Sebagai orang yang sedari kecil telah lekat dengan kesusahan dan kehidupan yang keras, tampaknya kesulitan dalam perjalanan menaklukkan Eropa dan Afrika justru dianggap sebagai pengalaman yang tidak terlupakan. “Di Syzran nasib yang paling sial menghadang. Kami ditangkap polisi karena dianggap mengganggu. Inspektur yang mulutnya berbau Vodka itu marah. Ia menghantam perutku dengan popor Kalashnikov. Arai melompat ingin melindungiku, kopral menghantam tengkuknya dengan gagang pistol Glock. Ia tersungkur, wajahnya menabrak kaki meja” (hal 198-199). Perjuangan keduanya mengarungi Eropa sangat heroik dan dramatis. Tanpa peta, kompas, dan uang sepeser pun mereka rela makan buah plum mentah serta daunnya, atau melamar menjadi pemetik zaitun.
Mozaik kelima berkisah tentang akhir dari petualangan Ikal dan Arai menaklukkan Eropa-Afrika. Ternyata petualangan keduanya merupakan pertandingan yang telah disepakati sebelumnya dengan teman-teman mereka. Semua peserta akan bertemu di Spanyol. Namun, sebelum ke Spanyol, Ikal dan Arai sempat singgah di Sisilia, Tunisia, dan Zaire. “Aku dan Arai telah menunggu lebih dari setengah jam di Kafe Nou CamP, bersebelahan dengan official store Barcelona Football Club” (hal 270).
Edensor adalah novel yang sangat inspiratif. Anak Indonesia yang suka berpetualang dan mempunyai mimpi berkeliling dunia, dianjurkan untuk membaca novel ini. Bahasanya mengalir dan mudah untuk dipahami. Ceritanya tidak membosankan. Pembaca akan cepat-cepat menyelesaikan membaca novel ini untuk kemudian berpindah ke novel berikutnya.
Yusuf Efendi
Sumber: MelayuOnline.com

Novel Endon